Senin, 09 April 2012

Sejarah Musik Reggae

Menurut
sejarah Jamaica, budak yang
membawa drum dari Africa
disebut "Burru"
yang jadi bagian aransemen
lagu yang disebut "talking drums" (drum yang
bicara) yang asli dari Africa
Barat. "Jonkanoo" adalah
musik budaya
campuran Afrika, Eropa dan
Jamaika yang terdiri dari permainan drum,
rattle (alat musik berderik)
dan conch tiup. Acara ini
muncul saat
natal dilengkapi penari
topeng. Jonkanoos pada awalnya adalah tarian
para petani, yang
belakangan baru disadari
bahwa sebenarnya mereka
berkomunikasi dengan drum
dan conch itu. Tahun berikutnya, Calypso dari
Trinidad & Tobago datang
membawa Samba yang
berasal dari Amerika
Tengah dan diperkenalkan
ke orang - orang Jamaika untuk membentuk
sebuah campuran baru yang
disebut Mento. Mento sendiri
adalah musik
sederhana dengan lirik lucu
diiringi gitar, banjo, tambourine, shaker,
scraper dan rumba atau
kotak bass. Bentuk ini
kemudian populer pada
tahun 20 dan 30an dan
merupakan bentuk musik Jamaika pertama yang
menarik perhatian seluruh
pulaunya. Saat ini Mento
masih bisa dinikmati
sajian turisme. SKA yang
sudah muncul pada tahun 40 - 50an sebenarnya
disebutkan oleh History of
Jamaican Music, dipengaruhi
oleh Swing,
Rythym & Blues dari Amrik.
SKA sebenarnya adalah suara big band
dengan aransemen horn
(alat tiup), piano, dan
ketukan cepat "bop". Ska
kemudian dengan mudah
beralih dan menghasilkan bentuk tarian "skankin"
pad awal 60an. Bintang
Jamaica awal antara lain
Byron Lee and the
Dragonaires yang dibentuk
pada 1956 yang kemudian dianggap sebagai
pencipta "ska".
Perkembangan Ska yang
kemudian melambatkan
temponya
pada pertengahan 60an memunculkan "Rock Steady"
yang punta tune bass
berat dan dipopulerkan oleh
Leroy Sibbles dari group
Heptones dan
menjadi musik dance Jamaika pertama di 60an.
Reggae
sendiri adalah kombinasi dari
iringan tradisional Afrika,
Amerika dan
Blues serta folk (lagu
rakyat) Jamaika. Gaya sintesis ini jelas
menunjukkan keaslian
Jamaika dan memasukkan
ketukan putus - putus
tersendiri, strumming gitar
ke arah atas, pola vokal yang 'berkotbah'
dan lirik yang masih seputar
tradisi religius Rastafari.
Meski banyak
keuntungan komersial yang
sudah didapat dari reggae, Babylon (Jamaika),
pemerintah yang ketat
seringkali dianggap
membatasi gerak namun
bukan
aspek politis Rastafarinya. "Reg-ay" bisa dibilang muncul
dari anggapan
bahwa reggae adalah style
musik Jamaika yang
berdasar musik soul
Amerika namun dengan ritem yang 'dibalik' dan jalinan bass
yang
menonjol. Tema yang
diangkat emang sering
sekitar Rastafari, protes
politik, dan rudie (pahlawan hooligan). Bentuk yang ada
sebelumnya (ska
& rocksteady) kelihatan
lebih kuat pengaruh musik
Afrika -
Amerika-nya walaupun permainan gitarnya juga
mengisi 'lubang - lubang'
iringan yang kosong serta
drum yang kompleks. Di
Reggae kontemporer,
permainan drum diambil dari ritual Rastafarian yang
cenderung mistis
dan sakral, karena itu
temponya akan lebih kalem
dan bertitik berat
pada masalah sosial, politik serta pesan manusiawi.
Di Indonesia, beberapa nama
yang terkenal dalam dunia musik
reggae antara lain Tony Q,
Steven & Coconut Treez, Joni
Agung (Bali), New Rastafara, dan
Heru ’Shaggy Dog’ (Yogyakarta) dan masih
banyak lagi bermunculan band-
band baru. Sekitar tahun 1986, musik
reggae mulai dikumandangkan di
Indonesia. Band itu adalah Black
Company, sebuah band dengan
genre reggae. Kemudian
beberapa tahun kemudian muncul Asian Roots yang merupakan
turunan dari band sebelumnya.
Lantas ada pula Asian Force,
Abresso dan Jamming.
Keberadaan musik reggae di
Indonesia terkesan terpinggirkan. Apalagi kesan yang diperoleh
ketika seseorang melihat
penampilan para musisi reggae
yang terkesan urakan. Bahkan,
ada idiom yang hingga kini
membuatnya yaitu reggae identik dengan narkoba. Apakah reggae identik dengan
narkoba? Inil salah penafsiran
sahaja. Sebut saja nama Tony Q
yang dengan tegas bahwa
reggae-nya adalah
menitikberatkan pada cinta damai. Bila ditilik dari sejarahnya
memang demikian yaitu identik
dengan ‘ital’ –Ganja—sebut
saja lagu Petertosh Let Jah Be
praised, Mystic man, Legalized it
dll. Yang begitu mengagungkan ganja sebagai alat seorang
rastaman bersatu dengan Jah
atau tuhan mereka. Memang
tidak bisa dipungkiri pandangan
negatif tentang musik ini.
Sebenarnya tidak demikian gerakan rastafari adalah sebuah
gerakan besar yang terdiri
banyak sekte bahkan tidak
mengikat, artinya seseorang
bebas menentukan jalan
hidupnya tetapi tetap mengakui Rastafari Makonnen sebagai
Messias baru. Bahkan di Jamaika
seorang Rastafarian adalah
seorang vegetarian tulen. Jika
seorang Peter Tosh atau Bob
Marley dengan lirik-liriknya yang berbau ganja hanya disebabkan
mereka menemukan bahwa itulah
suatu jalan menuju kedamaian
batinnya saja, disamping
makanan ital dan ganja adalah
budaya Africa yang menurut mereka sebagai sesuatu yang
harus dirangkul kembali. Dalam ajaran rasta tidak ada
yang mengharuskan meng-ganja.
Atau meng-gimbal, itu hanyalah
pemikiran tentang perangkulan
budaya Africa yang dianggap
rendah oleh kulit putih, dan pengikut ajaran ini ingin
membuktikan bahwa budaya ini
tidaklah rendah. Coba anda resapi lirik dari salah
satu lagu Tony Q Rastafara ini:
“”Reggae nggak harus gimbal
Gimbal gak selalu reggae
Reggae nggak harus maganjo
Reggae adalah musiknya pecinta damai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar